Jakarta,DP News
Tiga hari sudah berlalu, sejak Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) ngopi di
Jalan Roda (Jarod) Manado, Minggu 31 Maret 2019, kegembiraan Nani Sumot belum
juga reda. Maklum, barista atau peracik kopi yang diminum Jokowi itu belum
habis pikir, bagaimana bisa orang nomor satu Indonesia itu merasakan kenikmatan
kopi buatannya.
“Jujur saja, saya belum habis pikir sampai hari ini. Pak Jokowi boleh minum
kopi buatan saya. Memang banyak pejabat yang sering minum kopi buatan saya,
tapi kali ini adalah presiden. Saya senang luar biasa,” ujar Nani ditemui di
Cafe Warna Warni Jalan Roda Manado, Rabu (3 /4).
“Sehari sebelum Jokowi datang, Pak Gubernur Sulut Olly Dondokambey dan
sejumlah pejabat teras lainnya sempat ngopi di sini. Pak Olly bilang nanti saat
Presiden kunjungi Manado akan ngopi di sini,” ujarnya.
Tapi kala itu, kata Nani, dirinya belum percaya betul. “Saya tahu, Pak
Jokowi pasti banyak pilihan untuk datang berkunjung ke Manado. Ada beberapa
tempat rencananya akan dikunjungi, selain Jalan Roda, ada juga Manado Town
Square (Mantos), dan Mega Mall, jadi saya belum percaya betul,” beber
Nani.
Lelaki yang sudah 16 tahun jadi barista itu, kemudian terkejut ketika pada
Minggu 31 Maret 2019, hari di mana Jokowi akan berkunjung ke Manado, kedainya
didatangi enam lelaki tinggi tegap dengan rambut cepak.
“Kira-kira jam dua siang, pertama saya didatangi enam orang pria katanya
dari Jakarta. Mereka tanya-tanya soal racikan kopi saya. Bagaimana kebersihan
tempat bikin kopi dan air yang digunakan,” tuturnya.
“Kemudian pukul 17.30 Wita datang lagi empat orang. Menanyakan hal
yang sama. Nah, tepat jam enam sore datang lagi seorang bapak yang katanya
Paspampres. Orang itu kemudian melihat saya secara langsung bikin kopi dan
merasakan kopi tersebut. Orang itu minta air panas yang dimasak agar tidak
dicampur bikinan kopi lainnya. Jadi air itu yang dibuat akan disuguhkan untuk
Pak Jokowi,” kata Nani lagi.
Kira-kira pukul 21.00 Wita, suasana Jalan Roda kian ramai. Ratusan orang
berada di depan rumah kopi Warna Warni tempat dirinya bekerja. “Tiba-tiba
muncul Pak Jokowi didampingi Gubernur Olly Dondokambey, Erick Thohir dan
pejabat penting lainnya,” katanya.
Ia menceritakan suasana saat Jokowi tiba, bahwa dia langsung diminta
menghampiri Pak Jokowi. “Setelah saya tanya mau minum apa, dan Pak Jokowi
mengatakan ingin minum kopi susu, saya langsung meraciknya. Ada delapan gelas
yang saya sendiri bawa ke hadapan Pak Jokowi. Empat gelas kopi susu, sisanya
kopi saja. Dan Pak Jokowi memilih kopi susu,” ujar Nani yang mengaku gugup dan
tegang kala itu.(Rd/Viva
Kopi susu yang disuguhkan
sempat dicicipi salah seorang pengawal, kemudian kopi itu yang diminum Pak
Jokowi. pengawal presiden, apakah Pak Presiden suka kopi. Sang pengawal
menjawab, Pak Presiden tak suka kopi, sehingga saya membuat kopi yang agak soft
atau berbeda dengan kopi yang sering diminum pelanggan di sini,”
tuturnya.
“Kopi dibuat agak kurangi gula
dan kopi, ya soft lah tidak terlalu berat rasanya. Dan
alhasil? Pak Jokowi meminumnya sampai habis segelas. Itu yang bikin saya senang
bukan kepalang, meski bercampur takut. Karena kalau terjadi apa-apa, bahaya
saya,” kata dia.
“Kan bisa saja bukan karena
kopi buatan saya, tapi entah beliau makan atau minum di mana kemudian terjadi
sesuatu di sini, tetap saya yang disalahkan. Dan puji Tuhan semua aman-aman dan
saya sangat gembira,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca penuh haru.
Setelah meracik kopi untuk
Presiden Jokowi, Nani masih punya satu keinginan. “Saya berharap satu
saat nanti saya diundang ke Istana Negara untuk bikin kopi di sana,” katanya
sambil tertawa lepas sembari menambahkan sejak dulu dirinya mendukung dan
pengagum Jokowi.
Dirinya mengaku tidak
berswafoto dengan Jokowi. Ia merasa berfoto bukan hal yang istimewa.“Foto
selfie bagi saya biasa. Semua orang mungkin melakukan, apalagi Jokowi sangat
akrab dan ramah dengan masyarakat, tapi tidak semua orang bisa berbicara
langsung. Dan saya sudah melakukan itu, bisa bicara langsung menanyakan mau
minum kopi atau kopi susu,” ujar suami dari Nurmila Kaluku, dan ayah dari
Maghfirah Otoluwa dan Furqhan Otoluwa. (Rd/Viva)