Jakarta,DP News
Jelang Lebaran, masyarakat mulai berbondong-bondong menarik uangnya.
Berdasarkan catatan Bank Indonesia, hinga saat ini masyarakat telah menarik
uang sebanyak Rp 172,8 triliun. Deputi Gubernur Bank Indonesia, Rosmaya Hadi
mengatakan, realisasi outflow sampai dengan 28 Mei 2018 sebesar Rp 172,8
triliun itu telah mencapai 79,6 persen dari proyeksi BI selama Ramadhan, yakni
Rp 217,1 triliun.
“Kita lihat di minggu terakhir
Ramadhan itu biasanya paling meningkat itu di minggu terakhir. Rencana hari ini
ada penarikan Rp 25 triliun,” ujar Rosmaya di rest area KM 57 Tol Jakarta-Cikampek,
Rabu (29/5).
Wanita yang akrab disapa Maya ini menjelaskan, peredaran uang masih
didominasi di Pulau Jawa. Di pulau dengan populasi terbanyak itu telah beredar
uang sebanyak Rp 84 triliun.
“Uang itu banyak ada di Pulau Jawa, minus kantor pusat Jabodetabek itu ada
Rp 84 triliun. Itu betul-betul prosinya paling besar.
Kemudian Jabodetabek kita siapkan Rp 41 triliun, untuk Sumatera Rp 56,6
triliun dan selebihnya wilayah Indonesia bagian timur,” kata Maya.
Maya menjelaskan, dari uang yang beredar itu paling banyak penarikan untuk
uang pecahan kecil. Penarikan uang pecahan kecil itu mencapai Rp 19,8 triliun
atau 99,6 persen dari proyeksi BI “Berarti betapa uang pecahan kecil itu
diperlukan masyarakat,” ucap dia.(kompas.com/Rd)
Uang Palsu
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Rosmaya Hadi mengklaim rasio peredaran uang
palsu rendah jelang Lebaran 2019.
“Sampai April ini rasio uang palsu masih sangat rendah. Dari satu juta
lembar, hanya ada 4 lembar. Jadi rasio 4 dalam setiap satu juta lembar,” ujar Rosmaya
di rest area KM 57 Tol Jakarta-Cikampek,Rabu (29/5).
Wanita yang akrab disapa Maya itu menjelaskan, rasio peredaran uang palsu
itu rendah karena kualitas uang asli yang dikeluarkan BI semakin baik. Selain
itu, tingkat pengetahuan masyarakat tentang uang palsu pun saat ini semakin
baik.
“BI juga juga berkoordinasi dengan kepolisian dan perbankan. Jadi ketika
ada masyarakat l ada yg memberi (uang), kemudian tahu itu palsu, langsung
dilaporkan ke polisi. itu mengalami peningkatan. Karena dulu masyarakat tidak
tahu mana asli atau palsu. Sekarang semua memahami,” kata Maya.
Maya pun mengimbau kepada masyarakat untuk lebih teliti lagi saat menerima
uang. Masyarakat bisa membedakan uang asli dengan yang palsu dengan cara
dilihat, diraba dan diterawang. Berdasarkan ata resmi BI, pada 2016 rasio uang
palsu mencapi 13 per satu juta uang yang beredar, kemudian menurun di 2017
menjadi 9 per satu juta uang yang beredar.
Di keseluruhan 2018, rasio peredaran uang palsu kembali meningkat menjadi
12 uang palsu dari satu juta uang yang beredar.(kompas.com/Rd)