Jogjakarta,DP News
"Saya ingin buktikan, keterbatasan tak
menghalangi seseorang berprestasi," inilah kata-kata yang diucapkan
Alexander Farrel Rasendriya untuk memotivasi perjalanan hidupnya. Alexander
Farrel Rasendriya (18) merupakan difabel tuna netra.
Ia baru saja lulus dari SMA Negeri 3
Yogyakarta dengan prestasi yang cukup mentereng. Remaja yang memiliki hobi
bermain alat musik gitar ini mampu meraih nilai matematika 100 dalam ujian
nasional ( UN).
Tak hanya itu, total nilai ujiannya bahkan
berada di tiga besar jurusan IPS SMA Negeri 3 yang notabene salah satu sekolah
favorit di Yogyakarta.
"Nilai selain matematika lumayan sih,
Bahasa Inggris itu 96, Sosiologi 90. Yang paling rendah itu nilai Bahasa
Indonesia, 82," ujar Alexander Farrel Rasendriya saat ditemui dirumahnya
Perum Cemara Hijau 2 Gayamprit, Klaten, Jawa Tengah Rabu (15/5.)
Farrel mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD)
dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Putra Bangsa, Klaten, Jawa Tengah.
Setelah lulus SMP, Farrel memutuskan untuk sekolah di Yogyakarta. Remaja murah
senyum ini akhirnya diterima di SMA Negeri 3 Yogyakarta.
Ia mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS), meski awalnya ingin mengambil jurusan Ilmu Pengatahuan Alam (IPA).
Keputusannya untuk mengambil jurusan IPS ini setelah mendengar masukan dari
gurunya di SMP.
"Awalnya kepikiran IPA, terus dikasih
tahu guru SMP kalau akan lebih kesulitan di IPA karena banyak eksperimen, kan
susah to mas. Terus diarahkan ke IPS," ungkapnya.
Selama sekolah di SMA Negeri 3 Yogyakarta,
Farrel tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran. Guru maupun
teman-teman sekolahnya selalu terbuka membantu dan memberikan dukungan
kepadanya. Sehingga, dirinya merasa nyaman dengan lingkungan sekolah di SMA
Negeri 3 Yogyakarta. Lingkungan yang mendukung itulah, yang membuatnya semakin
fokus dalam belajar. "Kendalanya paling kalau ada pelajaran atau soal
dengan bergambar, biasanya saya meminta agar dijelaskan ulang sama guru, atau
saat les. Kalau dirumah ya minta dijelaskan orang tua," bebernya
Saat kelas 10, lanjutnya, setiap hari masih
diantar orang tua dari Klaten, Jawa Tengah menuju SMA Negeri 3 Yogyakarta.
Namun, setelah itu, Farrel kos di Sorowajan, Kota Yogyakarta. "Saya kos
karena ingin belajar mandiri," tandasnya.
Ia tetap belajar seperti hari-hari biasanya
dan ditambah mengikuti les di luar sekolah. Sepulang sekolah, setiap hari
Farrel menyediakan waktu khusus belajar setidaknya selama dua jam. Ia akan
menambah waktu belajar ketika ada beberapa bab yang belum bisa dipahaminya.
"Dengan kondisi ini, maka saya harus
belajar lebih giat dari pada yang lain. Jadi kalau ada waktu luang, saya
habiskan untuk belajar," urainya. Farrel saat ini telah diterima di
Fakultas Hukum (FH) Universitas Gadjah Mada (UGM).
Ia pun tak sabar untuk bisa segera masuk
kuliah di hukum. "Cita-cita saya dari dulu memang ingin di hukum,"
pungkasnya. Pernah juara OSN dan tercatat rekor Muri Farrel menceritakan, ia
kehilangan penglihatannya sejak usia 5 tahun.
Ia
tidak bisa melihat setelah matanya terserang kanker. , Awalnya kanker menyerang
mata kirinya dan lambat laun merembet ke mata kanan. Sehingga, Farrel harus
kehilangan kedua indera penglihatannya. Farrel kena retinoblastoma bilateral
Namun, kondisi tersebut tak membuat Farrel patah arang dan merasa berkecil
hati.
"Mama selalu memberi support. Saya dari
kecil sudah tabah dan menerima. Justru saya ingin buktikan, keterbatasan tak
bisa menghalangi seseorang berprestasi, selama ada niat," ujarnya
sebagaimana disiarkan Kompas.com (Rd)