Notification

×

Iklan

Iklan




TP PKK Kota Medan Gelar Pengajian Ramadhan

10 Mei 2019


Medan,DP News          
Memasuki hari kelima Bulan Ramadhan 1440 Hijriyah, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Medan menyelenggarakan Pengajian Ramadhan di Pendopo Rumah Dinas Wali Kota Medan Jalan Sudirman No. 35, Medan, Jumat (10/5).
Ketua TP. PKK Kota Medan Hj. Rita Maharani Dzulmi Eldin, SH yang pada kesempatan itu diwakili Hj. Nurul Khairani Akhyar, SE selaku Wakil Ketua I TP PKK Kota Medan mengucapkan selamat datang dan berterima kasih kepada seluruh jama'ah pengajian yang berhadir. Nurul menyampaikan, pengajian Ramadhan ini merupakan bagian dari kecintaan terhadap Al-Qur'an serta upaya mengisi bulan suci Ramadhan dengan kegiatan yang dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Selain merupakan wujud kecintaan kepada Al-Qur'an, Nurul juga berharap pengajian Ramadhan ini menjadi alat pemersatu dan penguat tali silaturrahmi antara TP PKK Kota Medan dengan unsur ibu-ibu pengajian dari BKMT, Al-Hidayah dan Aisyiah. Nurul sangat menyadari bahwa kaum ibu merupakan bagian tidak terlepas dari pembangunan, khususnya pembangunan karakter generasi muda bangsa.
“Melalui pengajian Ramadhan ini mari kita pupuk rasa persaudaraan yang kuat serta pererat tali silaturahmi antara kita semua kaum ibu yang menjadi tonggak pembangunan karakter anak bangsa. Untuk itulah, selaku tonggak, kita semua harus lebih kokoh, dengan mengikuti berbagai kegiatan pengajian kita juga membekali diri untuk menjadi madrasah bagi anak-anak kita semua,” kata Nurul.
Dalam ceramahnya, Ustadz Susanto menyampaikan menurut yang pertama, ada orang puasa hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi perbuatan maksiat tetap dilakukannya, inilah puasa orang awam. Pada umumnya, mereka mendefenisikan puasa sebatas menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa secara dzahir.
Hal ini, sambung Ustadz Susanto, berbeda dengan tingkatan kedua, yaitu puasanya orang-orang shaleh. Mereka lebih maju dibandingkan orang awam, sebab mereka paham bahwa puasa tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari melakukan dosa. Percuma berpuasa, bila masih terus melakukan maksiat. Karenanya, kelompok ini menilai maksiat menjadi pembatal puasa.
Lebih lanjut Ustadz Susanto menjelaskan bahwa yang ketiga adalah puasa paling khusus. Puasa model ini hanya dikerjakan oleh orang-orang tertentu. Hanya sedikit orang yang sampai pada tahap ini. Pasalnya, selain menahan lapar dan haus dan menahan diri untuk tidak bermaksiat, mereka juga  memfokuskan pikirannya untuk selalu mengingat Allah SWT. Bahkan, pikiran selain Allah SWT dan pikiran terhadap dunia dianggap merusak dan membatalkan puasa.
"Dari tingkatan ini, kita mengetahui bahwa ibadah puasa merupakan kesempatan terbesar untuk melatih diri kita supaya lebih baik dari sebelumnya. Semoga puasa kita tidak bersifat formalitas, tetapi juga bermanfaat dan berdampak positif," jelasnya.(Rd


| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |