Medan,DP News
Memasuki hari kelima Bulan Ramadhan 1440 Hijriyah, Tim Penggerak
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Medan menyelenggarakan
Pengajian Ramadhan di Pendopo Rumah Dinas Wali Kota Medan Jalan Sudirman No.
35, Medan, Jumat (10/5).
Ketua TP. PKK Kota Medan Hj. Rita Maharani Dzulmi Eldin, SH yang
pada kesempatan itu diwakili Hj. Nurul Khairani Akhyar, SE selaku Wakil Ketua I
TP PKK Kota Medan mengucapkan selamat datang dan berterima kasih kepada seluruh
jama'ah pengajian yang berhadir. Nurul menyampaikan, pengajian Ramadhan ini
merupakan bagian dari kecintaan terhadap Al-Qur'an serta upaya mengisi bulan
suci Ramadhan dengan kegiatan yang dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
kepada Allah SWT.
Selain merupakan wujud kecintaan kepada Al-Qur'an, Nurul juga
berharap pengajian Ramadhan ini menjadi alat pemersatu dan penguat tali
silaturrahmi antara TP PKK Kota Medan dengan unsur ibu-ibu pengajian dari BKMT,
Al-Hidayah dan Aisyiah. Nurul sangat menyadari bahwa kaum ibu merupakan bagian
tidak terlepas dari pembangunan, khususnya pembangunan karakter generasi muda
bangsa.
“Melalui pengajian Ramadhan ini mari kita pupuk rasa persaudaraan
yang kuat serta pererat tali silaturahmi antara kita semua kaum ibu yang
menjadi tonggak pembangunan karakter anak bangsa. Untuk itulah, selaku tonggak,
kita semua harus lebih kokoh, dengan mengikuti berbagai kegiatan pengajian kita
juga membekali diri untuk menjadi madrasah bagi anak-anak kita semua,” kata
Nurul.
Dalam ceramahnya, Ustadz Susanto menyampaikan menurut yang
pertama, ada orang puasa hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum,
tetapi perbuatan maksiat tetap dilakukannya, inilah puasa orang awam. Pada
umumnya, mereka mendefenisikan puasa sebatas menahan diri dari hal-hal yang
membatalkan puasa secara dzahir.
Hal ini, sambung Ustadz Susanto, berbeda dengan tingkatan kedua,
yaitu puasanya orang-orang shaleh. Mereka lebih maju dibandingkan orang awam,
sebab mereka paham bahwa puasa tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga
menahan diri dari melakukan dosa. Percuma berpuasa, bila masih terus melakukan
maksiat. Karenanya, kelompok ini menilai maksiat menjadi pembatal puasa.
Lebih lanjut Ustadz Susanto menjelaskan bahwa yang ketiga adalah
puasa paling khusus. Puasa model ini hanya dikerjakan oleh orang-orang
tertentu. Hanya sedikit orang yang sampai pada tahap ini. Pasalnya, selain
menahan lapar dan haus dan menahan diri untuk tidak bermaksiat, mereka
juga memfokuskan pikirannya untuk selalu mengingat Allah SWT. Bahkan,
pikiran selain Allah SWT dan pikiran terhadap dunia dianggap merusak dan
membatalkan puasa.
"Dari tingkatan ini, kita mengetahui bahwa ibadah puasa
merupakan kesempatan terbesar untuk melatih diri kita supaya lebih baik dari sebelumnya.
Semoga puasa kita tidak bersifat formalitas, tetapi juga bermanfaat dan
berdampak positif," jelasnya.(Rd