Jakarta,DP News
Bandara sipil Arab
Saudi bagian selatan diserang rudal oleh kelompok pemberontak Houthi, Yaman.
Sedikitnya 26 warga sipil mengalami luka-luka akibat serangan rudal itu. Saudi
lantas mengancam rivalnya, Iran atas serangan ini.
Diketahui, pemberontak Houthi yang menguasai wilayah strategis di Yaman, menghadapi operasi dari koalisi pimpinan Saudi sejak Maret 2015. Beberapa pekan terakhir, Houthi melakukan perlawanan dengan meningkatkan serangan rudal dan drone ke wilayah Saudi, melintasi perbatasan.
Dituturkan juru bicara koalisi pimpin Saudi, Turki al-Malki, seperti dikutip Saudi Presss Agency (SPA) dan dilansir AFP juga Reuters, Rabu (12/6/2019), bahwa serangan rudal Houthi itu mengenai bagian terminal kedatangan Bandara Abha pada Rabu (12/6) waktu setempat. Dia lantas menuding bahwa serangan ini merupakan bukti bahwa pemberontak Houthi disokong senjata oleh Iran.
"Menargetkan Bandara Abha membuktikan bahwa Houthi telah mendapat persenjataan canggih dari Iran," demikian pernyataan Turki al-Malki. Selama ini memang diyakini bahwa Iran mendukung Houthi dalam konflik Yaman.
Serangan rudal ini terjadi setelah bulan lalu, sebuah fasilitas minyak Saudi diserang drone bersenjata yang diklaim oleh Houthi. Otoritas Saudi menuding Iran sebagai pihak yang memerintahkan serangan itu. Tuduhan itu dibalas dengan tuduhan balik.
"Arab Saudi terus menebar perpecahan antara negara-negara Islam dan di wilayah ini, yang merupakan keinginan rezim Zionis," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Seyed Abbas Mousavi seperti dilansir dari kantor berita AFP, Jumat (31/5/2019) setelah insiden serangan drone bersenjata.
Sementara itu, seperti dilansir kantor berita AFP, Wakil Menteri Pertahanan Saudi, Pangeran Khaled bin Salman melontarkan ancaman kepada pemerintahan Iran. Menurutnya, serangan ini akan menghasilkan konsekuensi serius.
"Berlanjutnya agresi rezim Iran dan eskalasi sembrono, baik secara langsung atau melalui milisinya, akan menghasilkan konsekuensi yang serius," kata Wakil Menteri Pertahanan Saudi, Pangeran Khaled bin Salman dalam cuitan di Twitter, Kamis (13/6/2019).
"Kami akan menghadapi kejahatan milisi Houthi dengan tekad yang tak tergoyahkan," lanjutnya Pangeran Khaled.
Selain itu, Pengeran menuduh rezim Iran sembrono. Karena, rudal-rudal balistik tersebut justru mengorbankan warga sipil. Dia juga mengungkit peran Iran selama ini terkait dengan sejumlah kekacauan yang terjadi.
"Rezim Iran adalah satu-satunya pihak di wilayah ini yang telah mengejar eskalasi sembrono, lewat penggunaan rudal-rudal balistik dan UAV (kendaraan udara tak berawak) untuk secara langsung menargetkan instalasi sipil dan warga sipil tak bersalah," ujar Pangeran Khaled.
"Selama 40 tahun, rezim Iran telah menyebarkan kekacauan, kematian dan kehancuran, dengan mensponsori dan mendanai organisasi teroris termasuk Houthi," imbuhnya.(detik.com/Rd)
Diketahui, pemberontak Houthi yang menguasai wilayah strategis di Yaman, menghadapi operasi dari koalisi pimpinan Saudi sejak Maret 2015. Beberapa pekan terakhir, Houthi melakukan perlawanan dengan meningkatkan serangan rudal dan drone ke wilayah Saudi, melintasi perbatasan.
Dituturkan juru bicara koalisi pimpin Saudi, Turki al-Malki, seperti dikutip Saudi Presss Agency (SPA) dan dilansir AFP juga Reuters, Rabu (12/6/2019), bahwa serangan rudal Houthi itu mengenai bagian terminal kedatangan Bandara Abha pada Rabu (12/6) waktu setempat. Dia lantas menuding bahwa serangan ini merupakan bukti bahwa pemberontak Houthi disokong senjata oleh Iran.
"Menargetkan Bandara Abha membuktikan bahwa Houthi telah mendapat persenjataan canggih dari Iran," demikian pernyataan Turki al-Malki. Selama ini memang diyakini bahwa Iran mendukung Houthi dalam konflik Yaman.
Serangan rudal ini terjadi setelah bulan lalu, sebuah fasilitas minyak Saudi diserang drone bersenjata yang diklaim oleh Houthi. Otoritas Saudi menuding Iran sebagai pihak yang memerintahkan serangan itu. Tuduhan itu dibalas dengan tuduhan balik.
"Arab Saudi terus menebar perpecahan antara negara-negara Islam dan di wilayah ini, yang merupakan keinginan rezim Zionis," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Seyed Abbas Mousavi seperti dilansir dari kantor berita AFP, Jumat (31/5/2019) setelah insiden serangan drone bersenjata.
Sementara itu, seperti dilansir kantor berita AFP, Wakil Menteri Pertahanan Saudi, Pangeran Khaled bin Salman melontarkan ancaman kepada pemerintahan Iran. Menurutnya, serangan ini akan menghasilkan konsekuensi serius.
"Berlanjutnya agresi rezim Iran dan eskalasi sembrono, baik secara langsung atau melalui milisinya, akan menghasilkan konsekuensi yang serius," kata Wakil Menteri Pertahanan Saudi, Pangeran Khaled bin Salman dalam cuitan di Twitter, Kamis (13/6/2019).
"Kami akan menghadapi kejahatan milisi Houthi dengan tekad yang tak tergoyahkan," lanjutnya Pangeran Khaled.
Selain itu, Pengeran menuduh rezim Iran sembrono. Karena, rudal-rudal balistik tersebut justru mengorbankan warga sipil. Dia juga mengungkit peran Iran selama ini terkait dengan sejumlah kekacauan yang terjadi.
"Rezim Iran adalah satu-satunya pihak di wilayah ini yang telah mengejar eskalasi sembrono, lewat penggunaan rudal-rudal balistik dan UAV (kendaraan udara tak berawak) untuk secara langsung menargetkan instalasi sipil dan warga sipil tak bersalah," ujar Pangeran Khaled.
"Selama 40 tahun, rezim Iran telah menyebarkan kekacauan, kematian dan kehancuran, dengan mensponsori dan mendanai organisasi teroris termasuk Houthi," imbuhnya.(detik.com/Rd)