Jakarta,DP News
Kepala Staf Angkatan Etiopia Jenderal Seare Mekonnen dilaporkan ditembak
mati pengawalnya sendiri di ibu kota Addis Ababa. Perdana Menteri Abiy Ahmed
mengatakan, Mekonnen dan perwira lainnya mencegah upaya kudeta yang tengah
terjadi di pemerintah wilayah Amhara, Etiopia utara. Dilaporkan BBC Indonesia
Minggu (23/6), di Amhara sendiri, Gubernur Ambachew Mekonnen juga tewas dibunuh
bersama dengan seorang penasihatnya.
Kantor perdana menteri mengungkapkan, Jenderal Mekonnen tewas bersama
dengan seorang jenderal lainnya, Gezai Abera. Adapun si pengawal kini telah
ditahan. Di Amhara, Gubernur Ambachew tewas bersama penasihat senior Ezez
Wasie.
Sementara jaksa agung dilaporkan terluka. Lake Ayalew ditunjuk sebagai
penjabat gubernur. Kantor perdana menteri kemudian menuduh kepala keamanan
Regional Amhara, Asaminew Tsige, sebagai pihak yang merencanakan kudeta. Tak
diketahui apakah dia sudah ditangkap. Ahmed kemudian muncul di televisi sembari
mengenakan seragam militer dan mengecam usaha kudeta itu.
Sejak terpilih pada 2018, Ahmed berusaha mengakhiri penindasan politik.
Antara lain dia membebaskan para tahanan politik, mencabut larangan keberadaan
partai politik, dan menuntut pejabat yang ditudah telah melanggar HAM.
"Upaya kudeta di Amhara bertentangan dengan konstitusi dan dimaksudkan
untuk mengacaukan perdamaian di kawasan tersebut," demikian keterangan
kantor PM. Amhara menjadi begitu penting karena daerah asal kelompok etnis
Amhara merupakan wilayah terpadat kedua di Etiopia, dengan Amharik menjadi
bahasa negara.
Kawasan itu menjadi lokasi konflik etnis di mana puluhan orang tewas pada
Mei lalu ketika suku Amhara terlibat bentrok dengan Gumuz di Amhara dan wilayah
sekitar. Kekerasan etnis yang biasanya dipicu oleh sengketa tanah telah
menyebabkan sekitar tiga juta orang mengungsi.
Amerika Serikat (AS) dilaporkan sudah mendengar insiden itu. Melalui
kicauan di Twitter, Kementerian Luar Negeri AS mengimbau kepada stafnya untuk tetap
berada di gedung menyusul upaya kudeta pada Sabtu (22/6).
Selain etnis, masalah lain yang dihaadapi oleh Ahmed adalah keresahan di
internal militer. Oktober lalu, dia mengaku didatangi oleh ratusan tentara.
Para tentara itu meminta kenaikan gaji dan ada yang mengancam bakal membunuh.
Ancaman itu jelas menakutkan. Sebab, Ahmed pernah menjadi korban upaya
pembunuhan. Dalam demonstrasi yang berlangsung Juni 2018, dia selamat dari
serangan granat yang meledak dan menewaskan dua orang serta melukai 100 lainnya
terluka. (komps.com/Rd)