Jakarta,DP News
Panitia
Seleksi (Pansel) Calon Pimpinan (Capim) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tak
akan mencari figur-figur 'setengah dewa' untuk memimpin lembaga antirasuah.
Menurut Ketua Pansel Capim KPK Yenti Garnasih, pimpinan ideal KPK ke depan
cukup manusia biasa tapi dengan sejumlah kriteria. Dia antara lain menyebut
figur yang memahami KPK, pemberantasan dan pencegahan korupsi, serta tata
kelola KPK akan lebih menjadi perhatiannya.
"Kami
tidak mau lagi mencari orang setengah dewa-dewaanlah. Kami mau manusia biasa aja yang
berani tapi tak konyol dan asal-asalan. Figur yang punya wisdom,
menjaga kharisma sebagai pimpinan, dan mampu mengembalikan marwah awal KPK
sebagai lembaga formal negara," kata Yenti dsalam Blak-blakan yang tayang
di detikcom, Rabu (19/6).
Pakar
hukum pidana pencucian uang ini juga menepis prasangka Koalisi Masyarakat Sipil
yang tak menginginkan ada figur dari kepolisian untuk menjadi pimpinan KPK.
Pansel, kata Yenti, tidak dalam posisi menerima atau menolak figur dari latar
belakang tertentu.
Sebab, UU KPK menyebutkan unsur pimpinan itu dari masyarakat
dan pemerintah yang dalam hal ini antara lain diwakili aparat penegak hukum.
"Kami
tidak berpikir bahwa (pimpinan KPK) harus ada polisi dan jaksa atau
sebaliknya," ujar Yenti.
Hubungan
yang harmonis dan sinergi KPK dengan polisi dan jaksa itu sangat diperlukan.
Sebab, dalam setiap operasi tangkap tangan, kata perempuan kelahiran Sukabumi,
11 Januari 1959, itu, KPK pasti memerlukan polisi. Sebab, setiap tersangka yang
ditangkap di suatu daerah biasanya akan diperiksa terlebih dahulu di kantor
polisi terdekat.
Apalagi
sejak awal unsur dari kepolisian selalu ada dalam pimpinan KPK, seperti
Taufiqurahman Ruki, Bibit R Samad, dan sekarang Basaria Panjaitan. (detik.co/Rd)