Medan,DP News
Berdasarkan data yang diperoleh
dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Langkat diketahui,
ke-30 korban tewas pada kebakaran pabrik mancis di Jalan Tengku Amir Hamzah,
Desa Sambirejo Dusun IV, Binjai, Sumatera Utara, adalah perempuan.
Lima korban adalah anak-anak yang ikut dibawa
ibunya bekerja memasang kepala gas di pabrik yang berdiri hampir empat tahun
itu. Saat ini, jenazah para korban sudah berada di Rumah Sakit Bhayangkara
Polda Sumut di Kota Medan untuk menjalani otopsi.
Petugas medis masih melakukan
pendataan dan menyiapkan tenda di depan ruang instalasi jenazah untuk para
keluarga korban yang hendak melakukan pendaftaran data ante mortem dan post
mortem. Wajah-wajah mereka murung dan berduka, seperti terlihat dari raut
Sofyan. Pria ini begitu berduka kehilangan istri dan putri kesayangannya.
Dengan suara pelan, dia bilang,
saat kejadian dirinya sedang tidak bersama anak dan istrinya karena menghadiri
satu acara. Tiba-tiba teleponnya berbunyi menanyakan apakah anak dan istrinya
sudah pulang atau belum.
"Ku bilang belum, terus kawan
itu bilang kalau pabrik terbakar. Aku langsung lari menerobos lokasi kebakaran.
Kutengok tumpukan mayat di ruangan, sama mayat Yuli Fitriana istriku dan
anakku, Syifa," katanya di Rumah Sakit Bhayangkara, Jumat (21/6) petang.
Diceritakannya, anaknya sudah duduk
di kelas lima sekolah dasar. Setiap pulang sekolah, korban langsung mendatangi
pabrik karena tidak ada orang di rumah. Sambil menahan air matanya yang
meleleh, Sofyan mengaku tak punya firasat apa-apa sebelum kejadian tragis ini.
"Sedih kali aku, istriku udah
tiga tahun kerja di sana,” katanya lantas beranjak. Duka yang sama juga dialami
Novita Sari, adik kandung korban Yunita Sari. Dia mengatakan, setiap bekerja,
kakaknya selalu membawa kedua anaknya, Pinja Runisa (10) dan Runisa Sakila (2).
“Kakakku kerja sambilan di pabrik
itu," katanya singkat. Pamit cium tangan Lain cerita Faisal, pria 38 tahun
ini langsung dipeluk kerabatnya untuk ditenangkan ketika tiba di RS
Bhayangkara.
Maria, istri tercintanya terakhir kali
dilihatnya pada Jumat pagi. Faisal mengaku tak punya tanda-tanda akan pergi
jauh yang ditunjukkan sang istri. Berangkat pagi seperti biasa dan mencium
tangannya untuk pamit.
"Salaman, pamit kerja, biasa
aja,” kata Faisal dengan mata berkaca-kaca. Korban meninggalkan satu anak
berusia empat tahun. Menurut Faisal, biasanya sang anak juga ikut ibunya
bekerja. Namun waktu kejadian tidak ikut dibawa karena ada neneknya datang.
Maria juga sudah tiga tahun bekerja di pabrik yang terbakar pada jam istirahat
makan siang itu.
Menurutnya, pemadam kebakaran
terlambat datang sehingga api dengan cepat menghanguskan segalanya. "Tadi
pemadam lambat datangnya,” ucapnya. Dewi, warga sekitar pabrik kepada wartawan
mengatakan, kebakaran diduga dari ledakan tabung gas. Akibatnya, api langsung
menyambar apa saja di rumah yang memproduksi macis atau korek api gas ini.
Para korban yang bekerja dalam satu
ruangan tak sempat keluar dan terjebak di dalam api. Warga yang coba menolong
dan memadamkan api. Tak lama tiga unit mobil pemadam kebakaran dari Pemerintah
Kota Binjai dan Pemerintah Kabupaten Langkat tiba di lokasi.
"Kebanyakan korban dari Desa Sambirejo,
keluargaku juga ada yang jadi korban," katanya. Sementara empat korban
yang selamat adalah mereka yang meninggalkan pabrik karena makan siang.
Dia juga mengatakan dirinya sempat
mendengar beberapa kali ledakan dari lokasi kebakaran dan melihat dua pekerja
coba menerobos api. "Tapi pintu depan pabrik terkunci, jadi tak bisa
keluar orang itu. Makanya mereka numpuk semua itu di ruangan,” kata Suryadi.
Sebelumnya diberitakan, puluhan
pekerja tewas dalam kebakaran pabrik korek api gas (macis) di Jalan Tengku Amir
Hamzah, Dusun IV Desa Sambirejo, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat, Sumatera
Utara, Jumat (21/6) siang. (kompas.com/Rd)