Notification

×

Iklan

Iklan




Tari Cepetan Warisan Leluhur Pemikat Geopark Nasional Kebumen

20 Agustus 2019



Kebumen,DP News
Berbagai upaya dilakukan Pemkab Kebumen, Jawa Tengah untuk mempromosikan geopark di sana. Salah satu cara adalah dengan menggunakan Tarian Cepetan.Kebumen mempunyai kawasan geopark nasional yang meliputi 12 kecamatan dan 117 desa.
Dari wilayah tersebut, terdapat 41 situs geosite (geodiversity), 8 situs biologi (biodiversity) dan 11 situs budaya (culturediversity).
Untuk meningkatkan daya tarik wisata, kesenian tradisional pun dipergunakan. Tarian yang dipilih yakni Tari Cepetan yang berasal dari kawasan geopark tersebut dan terus digelar dalam berbagai event.
"Justru ini lah geoculture, Tarian Cepetan sengaja dipertunjukkan pada berbagai kesempatan sekaligus untuk mempromosikan wisata khususnya kawasan Geopark Nasional. Hari ini kita tampilkan secara kolosal pada peringatan hari jadi Kebumen yang ke-390. Tari Cepetan ini berasal dari Kecamatan Karanggayam salah satu kecamatan di kawasan geopark," papar Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata, Azam Fatoni ketika ditemui detikcom di alun-alun kota Kebumen, Selasa(20/8).
Dalam acara peringatan hari jadi Kebumen ke-390 tersebut, sedikitnya 1.000-an penari dari kalangan pelajar maupun warga lain membawakan Tari Cepetan dengan apik. Dengan diiringi musik gamelan serta musik tardisional lainnya, mereka berlenggak-lenggok secara dinamis dan kompak di tengah alun-alun.
"Harapannya dengan berbagai penampilan tarian di berbagai kegiatan nantinya bisa meningkatkan daya tarik wisata. Ke depan akan kita kemas dengan berbagai event yang lebih dahsyat," imbuhnya.
Sementara itu, Camat Karanggayam Wikan Tris Junanto menuturkan bahwa Tari Cepeten sudah ada sejak zaman dahulu. Menurut sejarah, tarian ini menceritakan peristiwa pembukaan lahan permukiman di Karanggayam dengan penuh kesengsaraan karena ketika itu penjajah Jepang tengah berkuasa.
Untuk mencari penghidupan yang lebih layak, akhirnya sesepuh daerah tersebut memerintahkan untuk bersama-sama membuka hutan sebagai permukiman dan pertanian baru. Namun hutan tersebut sangat angker karena dihuni oleh berbagai mahluk halus atau cepet.
"Bebagai macam makhluk halus itu akhirnya bisa mereka hadapi dan gangguan dapat diatasi," kata Wikan.
Untuk mengusir penjajah agar tidak mengganggu wilayah Karanggayam yang baru, akhirnya warga berinisiatif untuk menyamar menjadi cepet dengan menggunakan topeng menyerupai mahluk halus yang mengerikan. Dari cerita tersebut, terciptalah Tari Cepetan.
"Tarian tradisional ini menjadi geoculture dan memiliki daya tarik wisata tersendiri. Harapannya tarian ini akan tetap lestari dengan terus diadakan di berbagai kegiatan dan untuk menjaganya kami terus melatih generasi muda terutama pelajar," pungkasnya.
(detikcom/Rd)

| | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |