Kebumen,DP
News
Berbagai upaya
dilakukan Pemkab Kebumen, Jawa Tengah untuk mempromosikan geopark di sana.
Salah satu cara adalah dengan menggunakan Tarian Cepetan.Kebumen mempunyai kawasan geopark nasional yang meliputi 12 kecamatan dan 117
desa.
Dari wilayah
tersebut, terdapat 41 situs geosite (geodiversity), 8 situs biologi
(biodiversity) dan 11 situs budaya (culturediversity).
Untuk meningkatkan daya tarik wisata, kesenian tradisional pun dipergunakan. Tarian yang dipilih yakni Tari Cepetan yang berasal dari kawasan geopark tersebut dan terus digelar dalam berbagai event.
Untuk meningkatkan daya tarik wisata, kesenian tradisional pun dipergunakan. Tarian yang dipilih yakni Tari Cepetan yang berasal dari kawasan geopark tersebut dan terus digelar dalam berbagai event.
"Justru
ini lah geoculture, Tarian Cepetan sengaja dipertunjukkan pada berbagai
kesempatan sekaligus untuk mempromosikan wisata khususnya kawasan Geopark
Nasional. Hari ini kita tampilkan secara kolosal pada peringatan hari jadi
Kebumen yang ke-390. Tari Cepetan ini berasal dari Kecamatan Karanggayam salah
satu kecamatan di kawasan geopark," papar Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga
dan Pariwisata, Azam Fatoni ketika ditemui detikcom di alun-alun kota Kebumen, Selasa(20/8).
Dalam acara
peringatan hari jadi Kebumen ke-390 tersebut, sedikitnya 1.000-an penari dari
kalangan pelajar maupun warga lain membawakan Tari Cepetan dengan apik. Dengan
diiringi musik gamelan serta musik tardisional lainnya, mereka
berlenggak-lenggok secara dinamis dan kompak di tengah alun-alun.
"Harapannya dengan berbagai penampilan tarian di berbagai kegiatan nantinya bisa meningkatkan daya tarik wisata. Ke depan akan kita kemas dengan berbagai event yang lebih dahsyat," imbuhnya.
Sementara itu, Camat Karanggayam Wikan Tris Junanto menuturkan bahwa Tari Cepeten sudah ada sejak zaman dahulu. Menurut sejarah, tarian ini menceritakan peristiwa pembukaan lahan permukiman di Karanggayam dengan penuh kesengsaraan karena ketika itu penjajah Jepang tengah berkuasa.
"Harapannya dengan berbagai penampilan tarian di berbagai kegiatan nantinya bisa meningkatkan daya tarik wisata. Ke depan akan kita kemas dengan berbagai event yang lebih dahsyat," imbuhnya.
Sementara itu, Camat Karanggayam Wikan Tris Junanto menuturkan bahwa Tari Cepeten sudah ada sejak zaman dahulu. Menurut sejarah, tarian ini menceritakan peristiwa pembukaan lahan permukiman di Karanggayam dengan penuh kesengsaraan karena ketika itu penjajah Jepang tengah berkuasa.
Untuk mencari
penghidupan yang lebih layak, akhirnya sesepuh daerah tersebut memerintahkan
untuk bersama-sama membuka hutan sebagai permukiman dan pertanian baru. Namun
hutan tersebut sangat angker karena dihuni oleh berbagai mahluk halus atau
cepet.
"Bebagai macam makhluk halus itu akhirnya bisa mereka hadapi dan gangguan dapat diatasi," kata Wikan.
"Bebagai macam makhluk halus itu akhirnya bisa mereka hadapi dan gangguan dapat diatasi," kata Wikan.
Untuk mengusir
penjajah agar tidak mengganggu wilayah Karanggayam yang baru, akhirnya warga
berinisiatif untuk menyamar menjadi cepet dengan menggunakan topeng menyerupai
mahluk halus yang mengerikan. Dari cerita tersebut, terciptalah Tari Cepetan.
"Tarian tradisional ini menjadi geoculture dan memiliki daya tarik wisata tersendiri. Harapannya tarian ini akan tetap lestari dengan terus diadakan di berbagai kegiatan dan untuk menjaganya kami terus melatih generasi muda terutama pelajar," pungkasnya.
(detikcom/Rd)
"Tarian tradisional ini menjadi geoculture dan memiliki daya tarik wisata tersendiri. Harapannya tarian ini akan tetap lestari dengan terus diadakan di berbagai kegiatan dan untuk menjaganya kami terus melatih generasi muda terutama pelajar," pungkasnya.
(detikcom/Rd)