Jakarta,DP News
Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk kali kelima telah melakukan simulasi pemungutan dan penghitungan
suara untuk Pilkada Serentak 2020 yang dipastikan bakal digelar 9 Desember
mendatang.
Komisioner KPU Evi Novida Ginting
Manik menuturkan dari sejumlah protokol yang akan diterapkan, KPU salah satunya
akan membatasi waktu memilih bagi warga dari total waktu yang ditentukan.
"Bapak Jon misalnya, datangnya tidak lagi bisa dari pukul 7.00-13.00,
nanti ditentukan dalam formulir tersebut. Jadi bapak misalnya bisa memilih dari
pukul 9.00-10.00," kata Evi dalam diskusi daring, Rabu (14/10).
Evi menjelaskan, informasi waktu pemilihan bagi pemilih akan diberitahu
lewat formulir C yang akan dibagikan oleh Panitia Pemungutan Suara (PPS) di
setiap TPS. Cara itu, menurut Evi, dilakukan guna mengurangi kerumunan di
Tempat Pemungutan Suara (TPS) selama proses pemungutan dan penghitungan suara.
Evi menyebut, KPU juga telah menyiapkan 13 item tambahan yang
akan disediakan di TPS untuk menerapkan protokol kesehatan di hari pencoblosan.
Beberapa di antaranya seperti tempat cuci tangan, pengukur suhu, alat
semprot disinfektan, sarung tangan plastik untuk pemilih, sarung tangan medis
untuk Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), hingga bilik khusus bagi
pemilih yang memiliki suhu badan di atas normal atau 37,3 derajat celcius.
"Tadi, kita membuat bagaimana agar berjalan protokol kesehatan itu,
tadinya perlengkapan TPS itu hanya yang berkaitan dengan proses pemungutan dan
penghitungan suara, nah sekarang kita menambah banyak sekali," kata dia.
Evi mencontohkan, penyemprotan disinfektan akan dilakukan secara
berkala selama setidaknya enam jam proses pemungutan dan penghitungan suara.
Penyemprotan pertama dilakukan sebelum proses pemungutan, dilanjut pada
pertengahan masa pencoblosan, kemudian di akhir proses pemungutan.
KPU, lanjut Evi, juga akan mengganti tinta celup bagi pemilih yang telah
memasuki bilik suara. Tinta celup akan diganti dengan tinta tetes untuk
mengurangi kontak antar pemilih selama proses pencoblosan.
Kemudian, Evi bilang, KPU menyiapkan dua baju hazmat di setiap TPS
untuk mengantisipasi pemilih bersuhu badan di atas normal. Pemilik suhu badan
tersebut akan menggunakan baju hazmat dan memasuki bilik khusus yang telah
disediakan TPS untuk mencoblos.
"Nah untuk mereka yang memiliki suhu 37,3 derajat itu kita siapkan di
sekitar TPS itu ada ruang khusus, yang tertutup. Maksudnya tidak menyatu dengan
lingkungan sekitarnya. Tapi yang kita praktikkan itu dengan ditutupi plastik,
ruang khusus untuk yang suhu tubuhnya tinggi," kata dia.