Foto: Situs Budaya Aek Sipaulak Hosa Loja di Silahisabungan,Salah Satu Objek Wisata di Dairi/Dok Kominfo Dairi |
Kabupaten Dairi kaya dengan objek wisata sutus budaya yang sampai saat ini ramai dikunjungi wisatawan.Salah satunya,situs budaya Aek Sipaulak Hosa Loja di Silahisabungan, Kabupaten Dairi.Aek Sipaulak Hosa menjadi salah satu tempat sakral yang banyak diminati pengunjung.
Namun mengunjungi situs budaya tersebut punya aturan misalnya setiap pengunjung diwajibkan membawa sirih dan jeruk purut sebagai parsantabian (oleh-oleh untuk permisi). Nantinya parsantabian tersebut akan diletakkan pada jojong (bangunan Batak) yang tersedia di sebelah pancur (mata air).
Aek Sipaulak Hosa Loja memiliki aturan tidak boleh meneteskan darah dan kehidupan. Oleh karena itu pengunjung tidak diperkenankan membawa makanan berupa daging babi dan daging anjing. Selain itu, perempuan yang sedang menstruasi pun tidak diperkenankan untuk mengunjungi Aek Sipaulak Hosa.
Ketika akan melakukan ritual, pengunjung diharapkan memakai ulos sesuai dengan anjuran Raja Silahisabungan. Ulos yang digunakan yaitu Ulos Gobar berwarna hitam putih untuk anak laki-laki.
Sementara itu, Aek Sipaulak Hosa berada di Bukit Silalahi I dan berhadapan langsung dengan Tao (danau) Silalahi. Dari sini, pengunjung dapat menikmati pemandangan Tao Silalahi bak lukisan alam dari langit
Situs budaya ini memiliki kisah dimsns masyarakat memercayai sejarah terjadinya Aek Sipaulak Hosa akibat permohonan Raja Silahisabungan kepada Debata Mula Jadi Nabolon (dalam Bahasa Indonesia disebut Tuhan).
Awal mulanya,Raja Silahisabungan dan istrinya Pinggan Matio yang sedang hamil tua ingin mengunjungi mertuanya Raja Pakpak ke Balla, Dairi (sebelum pemekaran dengan Pakpak Bharat).
Di tengah perjalanan, Oppung Pinggan Matio merasa kehausan dan memberitahukannya kepada Raja Silahisabungan, “Dekat Tao di sana, tapi tidak dapat kujangkau,” ucap Oppung Matio.
Mendengar ucapan istrinya, Raja Silahisabungan meminta istrinya untuk duduk menunggu, kemudian mengambil siorlombing (tongkat) yang selalu ia bawa. Raja Silahisabungan berdoa kepada Debata Mulajadi Nabolon dan menancapkan tombaknya ke dinding batu. Seketika air muncul dari dalam batu itu dan mengatakan ke istrinya untuk meminumnya.
Dalam laman Diskominfo Dairi diceritakan setelah meminum air tersebut, rasa lelah dan letih Oppung Pinggan Matio menjadi hilang dan tenaganya kembali pulih. Sejak saat itu, Oppung Pinggan Matio menamai batu itu “Mual Sipaulak Hosa Loja” yang artinya Air Pelepas Dahaga.
Sesudah mereka kembali dari Balla, Raja Silahisabungan mengumumkan kepada keturunannya yang hendak meminta rezeki agar berdoa di Aek Sipaulak Hosa.
Pada saat mandi, pengunjung harus menggunakan basahan (pakaian) dan jeruk purut sebagai pengganti shampoo dan sabun. Pengunjung juga dilarang bercakap kotor dan berperilaku tidak sopan selama berada di Aek Sipaulak Hosa.
Sementara itu,akses menuju Aek Sipaulak Hosa mudah dijangkau parawisatawan.Dari simpang Aek Sipaulak Hosa, masyarakat harus menempuh jarak 200 meter dengan berjalan kaki untuk bisa sampai ke pancur.
Wisatawan yang berkunjung ke Aek Sipaulak Hosa umumnya datang untuk berobat, meminta rejeki, jodoh, dan keturunan. Sementara wisatawan yang merupakan keturunan Raja Silahisabungan akan menganggap dirinya semakin mendapat berkat dan pahala ketika sudah meminum air dari Aek Sipaulak Hosa.
Aek Sipaulak Hosa juga dikelilingi oleh aneka tanaman unik yang dapat dijadikan sebagai obat. Salah satunya tanaman Gorga Langit. Tanaman ini memiliki tinta berwarna emas dan dapat digunakan sebagai penjaga penyakit mistik dengan cara disimpan di dalam dompet.Tim DP/Redaksi