Foto: Seorang Ibu Sedang Diterapi Ala Si PELAKOR di Puskesmas Tegal Sari, Medan Denai/Dolok S |
Tentu kita pasti terkejut sebab Pelakor biasanya dibenci kaum ibu karena merusak keluarga orang lain tetapi di Puskesmas Tegal Sari,Medan Denai Si PELAKOR justru disayang pria dan wanita.Si PELAKOR bukan perempuan pengganggu suami orang lain namun merupakan istilah dengan singkatan PELAKOR(Pelaksanaan Totok Cegah Rokok) .
Ini pengakuan Yuliani,salah satu warga usai menjalani terapi PELAKOR mengakui saat ini dirinya sudah merasakan manfaat dari terapi totok ini. Dimana serokok.
"Setelah diterapi PELAKOR ada perubahan sedikit, ada rasa hambar terhadap rokok. Dulunya sebelum mengenal terapi totok dalam sehari merokok bisa sampai 1 bungkus, kini hanya setengah bungkus saja," ujar Yuliani.
Yuliani mengungkapkan karena mulai merasakan manfaat dari PELAKOR, dirinya yang mempunyai niat untuk berhenti merokok akan rutin menjalani terapi totok di Puskesmas Tegal Sari.Sebab selama 20 tahun merokok, ibu rumah tangga ini sudah mulai menyadari bahaya dari rokok untuk kesehatannya.
"Saya ingin berhenti merokok karena untuk menjaga kesehatan tubuh, selain itu harga rokok saat ini juga tinggi, sehingga lebih baik berhenti merokok. Karena manfaat PELAKOR Mulai dirasakan, saya akan rutin jalani terapi," Sebut Yuliani sembari mengajak warga lainnya yang ingin berhenti merokok dapat mengikuti terapi PELAKOR.
Ahmad Rahwan, meskipun baru pertama kalinya menjalani terapi totok, dirinya sudah mulai merasakan manfaatnya.Secara bertahap sudah mulai terasa dan saat ini sudah mulai sedikit hambar, kemudian lanjut merokok kembali ada rasa rokok itu.Bagus nantinya ditotok lagi jadi memang hilang rasa rokok tadi.
Diakui Ahmad yang juga Kepala Lingkungan ini, dirinya sudah merokok dari tahun 1996 dan kini sudah ingin berhenti merokok. Karena sudah merasakan manfaat dari PELAKOR, saya akan rutin datang ke Puskesmas untuk melakukan terapi totok.
Foto: Kepala Puskesmas Tegal Sari, Medan Denai Drg Kartika Anggreny/Dolok S |
Dan bertepatan di hari tanpa tembakau beberapa waktu lalu,program PELAKOR itupun di-launching.Selain untuk pencegahan perokok, melalui program ini masyarakat juga dapat melakukan konseling seputar upaya untuk berhenti merokok.
Program PELAKOR ini tidak akan berhasil dan bermanfaat bagi pasien yang menjalani terapi jika tidak ada keinginan ataupun niat untuk berhenti merokok. Sebab pada saat dilakukan terapi totok, kita juga menstimulasi pikiran dari perokok untuk berhenti merokok sehingga akan menimbulkan reaksi yang tidak ingin atau hambar terhadap rasa rokok itu sendiri.
Kenapa harus dinamai PELAKOR padahal itu perkataan stigma negatif di kalangan masyarakat.Namun menurut Kartika,kita namai program ini PELAKOR agar menggunggah orang untuk mengetahui bahwasanya stigma yang kurang baik ditengah masyarakat ternyata PELAKOR ini adalah program baik untuk membuat perokok aktif berhenti merokok.
"Kita berharap program PELAKOR ini dapat berkembang dengan kedepannya nanti akan dibuka poliklinik konseling bebas rokok, sehingga bukan hanya terapi totok Tetapi juga konseling bagaimana cara mencegah ataupun cara berhenti merokok," ungkapnya.
Sementara itu, Dafni Idaliska Silitonga, petugas program Penyakit Tidak Menular (PTM) yang juga menerapi totok terhadap pasien menjelaskan sebelum diterapi pasien kita periksa kesehatan termasuk mengetahui kadar karbonmonoksida di dalam paru-paru dengan menggunakan alat smoke analyzer.
Dimana saja titik totok nya.Kata Dafni,ada da 9 titik yang harus ditotok dalam terapi PELAKOR. mulai dari ubun-ubun, sisi kanan kiri kepala sampai ke paha guna memberikan rangsangan terhadap pusat saraf khususnya dofamin yang merupakan tempat berkumpulnya nikotin.
Indikatornya,kalau terapi PELAKOR ini berhasil nantinya respon yang didapatkan oleh pasien maka rokok akan hambar bahkan sampai muntah.Dolok S/Redaksi