Foto : Dr. Johnson Pasaribu, M.Si, Dosen Fisipol Universitas HKBP Nommensen Medan/Dok |
Dosen Pascasarjana Magister Administrasi Publik dan Prodi Administrasi Publik Fisipol Universitas HKBP Nommensen Medan Dr Johnson Pasaribu,Msi melihat sebagai incumben dan figur matang dalam berbagai hal terutama pengalaman memimpin Sumut,sudah pasti Edy Rahmayadi punya basis massa dan banyak pendukung fanatik.
Selama memimpin Sumut, Sumut relatif aman dan juga punya capaian –capaian indikator pembangunan yang bisa dibilang Sukses.
Selain itu,heteregonitas Sumut sebagai miniatur Sumut sangat terpelihara dengan baik di masa Edy Rahmayadi.
"Beliau adalah figur yang sangat nasionalis, agamis dan punya karakter yang kuat dalam memimpin. Sikap tegas, dan juga sebagai mantan Pangkostrad adalah kekuatan yang merupakan modal utama" tambah Dr Johnson Pasaribu,Jumat(30/8).
Sementara itu,dari perspektif Komunikasi Politik melihat peluang incumben dalam hal ini Letjen TNI (Purn) Edy Rahmayadi untuk menang di Pilgubsu sangat besar.
Bukan tanpa alasan, Doktor PWD Lulusan USU ini dan juga alumni dari SMU Negeri 1 Medan ini mengatakan pilihan masyarakat bukan kita hitung dengan rumusan matematika atau kuantitaif. Bisa saja koalisi yang dibangun oleh kompetitor Edy adalah koalisi yang sangat gemuk dan bongsur, tetapi itu di tingkat elite.
Edy Rahmayadi yang diusung PDI-P dan dukungan dari Partai Hanura,Partai UMMAT bisa saja secara jumlah suara elektoral pada Pemilu lalu kalah jumlah, tetapi itu tidak bisa menjadi patokan, tolak ukur, atau pijakan karena karakteristik pemilih kita ini tidak bisa kita petakan dengan mudah.
Dari komunikasi politik, bisa saja kekecewaan publik pada politik kekinian dengan satu aspirasi memutus politik dinasti yang marak dewasa ini terjadi sangat menguntungkan Edy Rahamyadi.
Mengapa tidak, simpati publik pasti mengalir ke Edy Rahmayadi karena dalam posisi 'dikeroyok' koalisi partai yang gemuk.Sementara partai politik bisa saja bukan representasi dari masyarakat sebab masyarakat masih cenderung melihat figur, tegas Edy Rahmayadi,ujar Johnson Pasaribu. Rahmat K/Redaksi