![]() |
Foto: Para Siswa Dari Desa Sei Paham Kecamatan Sei Kepayang Naik Sampan Arungi Sungai Asahan |
Perjuangan demi masa depan terkadang harus mempertaruhkan nyawa seperti dialami puluhan siswa di Desa Sei Paham, Kecamatan Sei Kepayang, Asahan.Mereka harus bertaruh nyawa mengarungi Sungai Asahan dengan menggunakan sampan untuk bisa sampai ke sekolahnya.
Puluhan perahu siswa berbaris diparkirkan di tepi anak sungai di Dusun IX, Desa Sei Paham yang menumpang di tanah warga.
Meskipun dengan mencekam mengarungi sungai, para siswa tetap berantusias menjalani proses belajar mengajar di sekolah Taman Pendidikan Islam (Tampis) Sei Kepayang.
Farids Marpaung, seorang siswa yang tinggal di Dusun XVII, Desa Sei Paham mengaku memilih menggunakan sampan karena jarak tempuh sekolah yang lebih dekat dan lebih murah.
"Sudah biasa naik sampan. Ga takut lagi, karena kami juga beramai-ramai sama teman-teman," ujar Farids.
Murid yang masih duduk dibangku kelas tiga SD itu mengaku, menggunakan sampan memiliki ongkos yang lebih murah ketimbang naik sepeda motor.
"Tiga ribu, lebih enak naik sampan. Kalau dari jalan darat, jalannya jelek, rusak. Ga bisa selisih dengan sepeda motor lain," katanya.
Sementara itu,Kades Sei Paham Japilian mengaku berangkat sekolah menggunakan sampan ini merupakan tradisi turun menurun dari nenek hingga buyut.
"Sebenarnya, mereka ini berangkat kesekolah menggunakan sampan merupakan tradisi dari laut nenek kami. Karena, sejak dulu-dulu, nenek kami sudah naik sampan untuk menuju sekolah Tampis ini," ujar Japilian.
Katanya, para siswa lebih efisien menggunakan jalur air ketimbang jalur darat yang disediakan pemerintah untuk menghubungkan Dusun 17 dan Dusun 2 Sei Paham.
"Kalau efisiensinya, lebih baik menggunakan sampan. Apalagi kalau hujan, pasti banyak siswa yang menggunakan sampan," katanya.
Senada dengan kepala desa, Kepala Dusun 17 Sei Paham Safari Simangunsong mengakui hal tersebut merupakan tradisi masyarakat.
"Memang dari dulu seperti ini. Hanya saja, baru viral kemarin karena stikmanya berbeda. Tapi, dari zaman kami dulu juga sudah menggunakan sampan," kata Safari Simangunsong.
Lanjutnya, pada zamannya bersekolah dahulu, sampan yang ditumpangi tidak memiliki mesin, namun di dayung menggunakan kayu.
"Mereka ini sudah lumayan menggunakan mesin. Kami, dahulu mendayung dengan jarak sekolah ke rumah itu sekitar 3 kilometer," katanya.
Alasan para siswa menggunakan perahu bukan berarti tidak ada fasilitas akses jalan yang dibangun oleh pemerintah. Akses jalan hingga jembatan telah dibangun pemerintah untuk masyarakat.
"Akses jalan ada. Hanya saja, mereka lebih senang menggunakan perahu," ujarnya.
Selain jarak, waktu tempuh turut menjadi alasan para siswa memilih akses sungai ketimbang akses darat.
Tahun 2016, sebuah jembatan telah dibangun oleh pemerintah untuk masyarakat Dusun 17 dapat melintasi jalur darat untuk menuju Kecamatan Sei Kepayang.
"Tahun 2016 kalau tidak salah itu dibangun jembatan untuk masyarakat. Jalannya juga sudah cor beton sebagain. Hanya tinggal beberapa kilometer lagi itu yang masih jalan tanah, tapi tahun 2025 ini akan dikerjakan," ungkap Japilian.Ridho/Redaksi